Sabtu, 26 Juli 2025

Cerita dari Sudut Sunyi Seorang Ibu: Dosaku Sebesar Apa?

Hari ini aku curhat panjang. Curhat yang sudah lama kupendam. Bukan hanya soal lelah fisik, tapi juga lelah batin. Tentang bagaimana rasanya menjadi ibu rumah tangga yang seperti tak pernah cukup di mata orang lain—padahal aku sudah menyerahkan segalanya: waktu, mimpi, tubuh, dan bahkan diriku sendiri. Tapi hari ini juga, untuk kesekian kalinya, aku duduk sendiri, diam, dan bertanya dalam hati:
“Tuhan, dosaku sebesar apa, sampai hidupku seberat ini?”

Aku adalah ibu rumah tangga. Kalimat sederhana, tapi ternyata menyimpan pertempuran yang begitu panjang. Orang bilang, “Enak ya di rumah aja, bisa santai.” Padahal kenyataannya: aku tidak punya waktu untuk diriku sendiri, tidak punya ruang untuk sakit, marah, apalagi hancur. Karena setiap hari, selalu ada yang harus kubereskan—anak yang menangis, dapur yang harus jalan, dan hati yang harus tetap kuat walau retak.
Aku pernah bekerja. Tapi justru di masa itu, aku dihantui rasa bersalah karena meninggalkan anak. Gajiku habis untuk orang yang ngasuh anakku. Waktu bersama anak juga dipotong oleh jam kerja. Bahkan ketika lelah luar biasa, aku masih harus disalahkan karena dianggap tidak membantu keuangan suami. Padahal aku sudah menyumbang waktu, tenaga, bahkan diriku—seluruhnya. Tapi semua itu tetap dianggap tidak cukup.
Lalu aku memilih berhenti bekerja dan fokus pada rumah serta anak-anak. Kupikir ini jalan damai. Tapi nyatanya? Aku tetap disalahkan.
“Salah menikah. Salah punya anak. Salah tidak bantu keluarga.”
Semuanya salah, seolah aku tidak pernah benar. Tidak pernah cukup. Tidak pernah berarti.

Tentang Suamiku
Aku pernah mencintainya sepenuh hati. Berharap kami bisa tumbuh bersama, saling menguatkan, saling menyembuhkan. Tapi harapan tinggal harapan. Yang kudapat justru luka demi luka: tidak ada keterbukaan, tidak ada kejujuran, tidak ada inisiatif mencintai tanpa disuruh, memberi tanpa diminta, tidak ada penghargaan, bahkan untuk pengorbanan kecilku.
Yang paling menyakitkan bukan hanya pengkhianatan. Tapi sikap “diam sampai ketahuan”—seolah kejujuran hanya muncul kalau sudah tak bisa disembunyikan lagi. Aku merasa bukan sebagai istri, tapi seperti pengemis cinta yang harus minta hak satu per satu. Rasanya seperti aku sendirian menjalani pernikahan ini.
Aku capek, sangat capek. Karena setiap kecewa padanya, aku tak bisa berkata-kata. Tapi tubuh dan hatiku meledak. Dan yang sering jadi korban adalah anak-anakku sendiri. Padahal mereka tak bersalah. Mereka hanya ingin ibunya yang hangat. Tapi yang mereka dapat, kadang adalah ibu yang lelah, marah, menangis, tanpa mereka tahu sebabnya.

Aku bertanya: Kenapa aku harus jadi ibu?
Aku mencintai anak-anakku. Tapi kadang aku bertanya, kenapa aku harus menjadi ibu di saat aku sendiri sedang hilang arah? Aku merasa belum bisa membahagiakan orang tuaku, belum bisa membimbing adik-adikku. Lalu kini aku dituntut jadi ibu sempurna? Istri yang kuat? Anak yang bisa diandalkan? Semua itu terlalu banyak, terlalu berat. Dan tidak ada satu pun tempat aku bisa meminta tolong dengan lapang.
Orang-orang hanya bisa menuntut. Tapi tidak ada yang benar-benar menanyakan:
Kamu gimana? Kamu baik-baik aja nggak?”
Padahal jawabannya jelas: tidak. Aku sedang tidak baik-baik saja. Aku sedang mencoba bertahan sambil berdarah. Aku menangis sendirian. Aku menyimpan semuanya sendiri. Sampai akhirnya aku merasa: mungkin aku sudah kehilangan diriku.

Tapi lalu aku ingat sesuatu.
Aku ingat anak-anakku. Wajah kecil mereka yang tak tahu apa-apa. Tawa mereka saat melihatku tersenyum. Pelukan mereka saat aku lelah, yang seperti berkata: “Mama, aku masih butuh kamu.
Dari merekalah aku tahu: aku masih dibutuhkan. Aku belum selesai. Aku masih punya alasan untuk bangkit. Tapi aku sadar, aku tidak bisa terus begini. Aku butuh ruang untuk sembuh. Untuk mengobati diriku, agar aku bisa hadir utuh untuk mereka. Aku harus memulihkan diriku dulu, sebelum luka ini menular ke mereka.

Dan tentang pernikahanku...
Mungkin suatu hari aku akan berani berkata, “cukup.”
Mungkin nanti, saat waktunya tepat, aku akan memilih jalan yang bisa menyelamatkanku dan anak-anakku. Aku tahu, anak butuh keluarga yang utuh—tapi lebih dari itu, mereka butuh ibu yang tenang, sehat, dan tidak hancur pelan-pelan.
---
Untuk kamu yang membaca ini...
Kalau kamu juga sedang lelah, sedang merasa tidak berguna, sedang ingin menyerah—kamu tidak sendiri. Aku menulis ini bukan karena aku sudah kuat, tapi karena aku sedang mencoba kuat. Kita bisa pulih. Kita boleh berhenti sejenak. Kita boleh memilih diri sendiri, dan itu bukan dosa.
Dan kalau kamu pernah bertanya seperti aku:
Tuhan, dosaku sebesar apa?
Mungkin jawabannya bukan karena kita berdosa. Tapi karena Tuhan tahu, kita kuat—bahkan saat kita merasa tidak sanggup. Tapi ingat, kuat bukan berarti harus terus-terusan memikul. Kuat juga berarti tahu kapan harus minta tolong.

Hari ini, aku tidak punya solusi besar. Tapi aku punya satu tekad kecil:
Aku ingin sembuh. Demi diriku. Demi anak-anakku.
Dan aku percaya, pelan-pelan, aku akan menemukan diriku lagi.
Terima kasih, diriku, karena sudah bertahan sejauh ini.
Terima kasih, anak-anakku, karena jadi alasanku untuk tidak pergi.
Terima kasih, semesta, karena masih memberiku kesempatan untuk bernapas hari ini.
---

Dhevia Anggareni
Ibu rumah tangga. Perempuan yang sedang belajar pulih. Perempuan yang tidak ingin menyerah.

Selasa, 03 Juni 2025

Lama Tidak Bercerita

 Halo, udah lama banget rasanya ga nulis disini. Sekarang Imigran Saturnus ini sudah menetap di Bumi, memiliki suami dan juga dua anak.

Kenapa aku kembali lagi? Rasanya dadaku tiap hari sesak setelah menikah dengan laki-laki pilihanku (hmm asal pilih).

Ingin mencoba menenangkan semua ini dengan menulis. Yuhu, menulis. Entah akan lega atau engga setidaknya aku udah berani nuangin kesedihanku disini. Lamanya ga buang sampah kesedihan disini.

Yup, sebelum pernikahan ini terjadi aku kenal dia di Instagram, dia ngirim direct message aku pada tanggal 10 April 2019. Rasanya waktu itu ya biasa saja, karena aku malas rasanya menanggapi laki-laki yang kebanyakan basa basinya hahaha. Tapi entahlah karena dia adalah teman SMAnya teman deketku waktu kuliah, jadi ya aku tanggepin mumpung lagi luang juga. Singkat cerita aku kayak secara sadar ga sadar ke doktrin gitu lho sama temen deketku, sebut aja si YAF ini. Dia bilang ini cowo tuh baik banget loh. Iya sih awalnya aku juga mikir nih cowo baik tapi ga baik banget juga, baik pada umumnya lah yaa.

Tanggal 22 April, kami, aku sama dia memutuskan untuk bertemu secara empat mata di Javas Corner. Dia bilang janjian jam 10 nyatanya gue dibohongin doooong, dia dateng jam 11an, gue nunggu 1 jam an anjir. Entah apapun alasannya pada saat itu aku masih terima terima aja.

Tanggal 17 Juni, kamu jadian. Entah kenapa aku nerima dia juga masih bingung gitu wkwk Yaa dia orang baik, selalu muter kesitu, padahal ya biasa aja, jadi orang baik itu kan emang harus yaa, jadi nothing special something yang ngebuat aku wah ini cowo yang gue cari nih. Bukan yaa, aku juga bingung juga gimana ngejelasinnya, astagaaaa

Seperti biasa, pada umumnya kayak ABG pacaran, keluar, jajan, makan, gitu gitu kan ya. Masih inget banget tanggal 7 Juli, aku merayakan ultah ke 23 tahun. Tapi dia biasa aja, bahkan gue inget banget dia itu ngasih gue entahlah itu apa ya, kayak dessert dessert homemade gitu lah, yang kek brownies terus dikasih topping cream rasa rasa gitu yaa, dan gue tau dong harganya anjir, tapi yaudalah yaa. Entar dicap elu matre bener dah. Dicap kayak gitu sama orang yang susah banget buat ngetreat cewe sebenernya gue biasa aja. Tapi yaudah lah yaa, diterima aja ala kadarnya, gue juga sadar diri dia juga masih anak kuliahan yang belum juga lulus. Sedangkan gue udah lulus kuliah dan masih cari kerja pada saat itu. Tapi yang gue sebenernya ga suka. Hadaaaah cerita ini memang flashback dari kejadian menyakitkan sampai saat ini pokoknya hahaha. Dia bilang, “sampai sekarang kok ga kerja kerja, makanya jangan pilih pilih kerjaan dong” sambil ngetawain gue. Dia bilang gitu tanpa ngaca gitu yaa, lah dia aja lulus aja belom, noh skripsi lu kerjain nooooh.

Awal September, aku dipanggil interview dadakan di kota seberang. Tanpa babibu aku mempersiapkan dokumen yang harus dibawa. Harus bangun pagi, naik ojol ke terminal, naik bus, macet, kecelakaan lagi busnya, untung gue gapapa. Gue juga ga minta cowo gue nganterin, soalnya takut aja gitu gue ketergantungan sama itu orang, ngeri banget pasti mulutnya. Intinya selagi gue mampu sendiri ya gue sendiri aja gitu loh. Laaah terus ngapain gue pacaran yak wkwk orang aneh emang

Ternyata aku berhasil, lolos buat jadi karyawan di perusahaan tersebut. Seneng banget dan ga nyangka. Dapet gaji UMR di kota tersebut udah Alhamdulillah banget, daripada di kota sendiri kan wkwk 

Setelah itu kami LDR. Banyaaaakkk banget sebenarnya hal hal menyakitkan sebelum LDR terjadi, dan setelahnya makin makin menyakitkan. Waktu itu aku punya temen kerja, laki-laki, dia juga tes bareng aku dan lolos juga. Kayaknya ini cowoku cemburu entah gimana yaa, dia juga ga pernah ngaca gimana perilakunya ke aku pada saat itu. Terus waktu aku kerja, lupa deh kapan, itu yang bikin sesek banget. Aku hidup sendiri rasanya di kota itu, gaada yang aku kenal sebelumnya, aku kerja, dan bener bener kerja gitu loh. Dia ternyata main belakang dihubungan itu. Dia sama sekali ga ngehargain aku. Contohnya pergi ke luar kota bareng cewek, tanpa jelasin sebelumnya sama aku. Dan kalo aku tanya duluan, baru deh dia jelasin dan minta maaf. Kenapa gitu loh? Jujur aja di awal kan yaa. Pada saat itu, jujur aku sedih, dan masih banyak yang bikin sedih kek dia fotbar temen cewenya tanpa mikir perasaanku, boncengan sama temen cewenya, padahal aku disini ngusahain buat kemana mana dianter ojol gamau temen kerjaku yang cowo itu entar dia ngambek, kalo ga gitu aku kemana mana ya jalan kaki selain sehat menghemat ongkos wkwkwkwk ya harap maklum gitu ya, ini perempuan lagi belajar berdikari wkwk sumpah ngakak aku jadi keinget isi skripsiku

Dia juga biasanya main sih ke tempat kerjaku, ya namanya pacaran kan ya, mesti tetep kangen pengen ketemu walopun di chat juga udah kangen kangenan haha bucin amat. Terus ada hal yang gue ga tau pada saat itu, ternyata cowoku sering kegatelan ke cewe cewe lain. Ngechat sana sini. Kenalan sana sini. Yang ngajakin makan bebek lah, yang ngajakin mabar mobile legend lah, yang muji muji lah, pokoknya buanyak banget ga keitung. Dan itu baru ketahuan setelah aku menikah dan mengandung. Sesedih itu rasanya.

Akhirnya, entah apa yang membuatku yakin menikah sama dia, aku juga ga tau. Sampai dititik ini aku masih bener bener bingung. Apa iya aku bener bener cinta? Kata temen temen terdekatku aku itu bukan cinta sama dia, aku hanya empati sama dia. Karena temen temen yang udah kenal aku lama pasti tau, akutuh orangnya ga tegaan sama orang, apalagi pertemuan pertama kami, dia udah ngasih cerita sedih, kek dia itu anak yatim dan bla bla bla.

Tanggal 7 Februari 2021 kami lamaran dan 11 November kami menikah, banyak banget ujiannya sampai dititik itu, ga mungkin aku tulis karena sangking banyaknya kalo aku jelasin detail detailnya. Kamu memutuskan kontrak rumah, karena belajar mandiri. Waktu itu aku punya prinsip kalo udah menikah berarti harus belajar hidup mandiri. Setelah aku pikir pikir ini adalah keputusan yang bener banget gitu. Pertama kali aku dipertemukan keluarganya, sebenernya aku ga respek, tapi karena sangking bucinnya entahlah. Di awal pertemuan masak kakaknya nanyain gaji aku :'( terus cara mereka ngomong juga ga banget. Aku selalu diam karena aku mengamati orang orang disekitar ku, merasakan getaran perasaan disekitar itu bener bener bisa dirasakan gitu lho kalo kita mau. Pertama kali dirumahnya juga, udahlah aku selalu denger hal yang ga enak di telinga aku. Tapi lagi lagi, hal hal seperti itu aku tepis berulang kali. Hal hal negatif engga aku pikir dalam dalam, dan kembali berpikir positif.

Pada suatu ketika, aku mengandung anak pertama. Seneng campur sedih, bisa ga ya aku jadi orang tua yang baik? Bisa ga ya??? Harus bisa!!! 

Pas acara dirumah keluarganya, malem malem aku minta pulang aja, tidak memutuskan menginap/bermalam disana, karena jujur waktu itu aku trauma denger hal hal buruk masuk ditelinga dan batinku. Eh malah ditambah diomongin ga enak didepan muka aku. Aku hampir meneteskan mata tepat dikeluarganya, tapi aku tahan. Sedangkan dia? Sama sekali membiarkanku. Aku diatas motor nangis, selama perjalanan pulang. Aku minta diantar ke rumah orang tuaku, aku nangis sejadi jadinya, tapi sama ortuku, disuruh ke kontrakan aja diselesaikan berdua. Dan apa? Dia tidak menyelesaikan apa-apa, selalu begitu. Aku dibuat sendiri, menyelesaikan sendiri, menanggung sendiri, apa apa sendiri. Kasian banget kalo liat aku yang sekarang. Peluk diriku sendiri, kamu hebat Dev:) Dari kejadian itu, sekarang aku bisa menyimpulkan, dia memang tidak pernah ada disaat aku down karena keluarganya. 

Singkat cerita, kesampingkan dulu masalah dengan keluarganya. Saat aku hamil anak pertama, entah apa yang ada di pikiranku saat dia pergi sholat Jum'at, aku membuka isi ponselnya. Ternyata aku menemukan banyak banget hal hal yang dulu selalu aku tepis. Dia mengkhianatiku, dia menyakitiku, mengecewakanku, merusak kepercayaanku. Pada saat itu aku marah besar, sampai tidak menghiraukan kehamilanku. Aku mencoba agar sodaranya tau perbuatan adiknya benar benar menyakitiku, tapi ternyata sodaranya juga telah menyakiti hatiku sampai detik ini. Dia yang seperti itu, aku yang disuruh memaklumi, mengaca, instrospeksi, dan masih banyak lagi. Banyak dan sering sekali ngomong asal ngomong tanpa tau kenyatannya. Sekarang jadi tau kenapa dia susah sekali berempati, ternyata memang lingkungannya seperti itu. Hancur hatiku rasanya, ngebodoh bodohin diri sendiri, mukulin diri sendiri saat hamil, nangis hampir tiap malam, sampai sesak, karena saat itu terjadi banyak hal lain yang akhirnya ikut terbuka, kayak dia ternyata itu seorang perokok, minum minum, dan masih banyak hal yang bikin aku tercengang. Gini banget gitu loh, gaada yang bikin aku bahagia di pernikahan ini. Jujur rasanya masih belum ikhlas soal mahar dulu. Aku tidak diajak diskusi, dia yang nentuin sendiri, malah diatur disuruh ngurangin sama sodaranya, dia manut, dia juga ga ngasih tau, tiba tiba ini tiba tiba itu. Ternyata bener, sebelum nikah udah dibuka tapi kenapa aku bodoh sekaliiiii. Tiap hari bahkan aku nyalahin diri sendiri. Di kehamilan pertamaku rasanya aku mau kehilangan anakku, aku divonis hipertensi kehamilan. Mungkin itu efek dari kesedihanku saat itu. Tapi itu juga ga ngebuat dia membuka mata dan pikirannya gitu lho gaes. 

Rasanya duniaku runtuh, hancur, bahkan gatau aku harus gimana, sekarang aku punya anak lagi haha alias udah ibu dua anak. Hidupku makin hancur, orang orang pada nyalahin aku, ngebodohin aku karena ga KB. Padahal urusan rumah tangga itu biarlah diurus sendiri orang lain ngapain ikut? Toh anak juga aku urus sendiri. Harusnya jangan goblokin orang dong yaa. Kenapa harus perempuan menjelekkan perempuan lain sih. Heran banget. Aku gabisa mengASIhi dengan baik di anak pertamaku karena omongan keluarganya juga yang bikin aku hampir gila pada saat itu, dan ditambah perilakunya dia yang sudahlah ga kuat rasanya kalo dijelasin. Tiap hari berantem, ada aja barang yang rusak.

Aku juga pengen jadi ibu yang tetep punya wawasan luas seperti saat aku gadis dulu, punya ambisi, semangat belajar hal hal baru, tapi sekarang duniaku berkutat dengan daster bolong, anak anak yang tantrum, suami yang bertingkah, keluarganya yang bikin esmosi tiap ketemu, belum lagi keluargaku sendiri yang kadang juga bikin esmosi. Hahaha stress banget rasanya, ga bundir aja udah cukup baik ini mah.

Aku berkali kali bilang sama Tuhan, cabut aja, udah bener bener ditahap aku ga kuat, kalo Kamu maksa, aku gakuat. Ternyata semenjak itu aku selalu didatengin penyakit aneh aneh, Yanng ga pernah aku alamin sebelumnya. Ada aja pokoknya. Apa itu emang respon tubuhku? Yang menjawab bahwa memang batinku sudah ga kuat, jiwaku sudah ga kuat, capek banget, sekarang tinggal badan doang, mulai penyakitan. Entahlah akan gimana, aku cuman minta dipanjangin umurku, karena tetep mau membersamai anak anakku yang MaasyaAllaah. Urusan suami, udah gamau mikir lagi, bahkan udah males gitu lho minta minta sama dia soal nafkah karena apa? Percuma dia itu ga pernah bisa ngusahain yang Ter Ter terbaik untuk keluarga kecilnya. Dari segi finansial, batin, waktu. Boleh ga sih Ya Allah aku tuntut dia diakhirat nanti? Boleh ga sih aku ga harus maafin orang orang yang udah bikin aku dititik seperti ini? Sedih banget tiap hari, pegel banget badan tiap hari

Tubuhku udah ngasih sinyal, bahwa aku harus istirahat. Tapi nanti dulu ya, tunggu dong, biar anak anakku gede, sukses, dapet suami yang baik yang cinta sama dia, keluarganya nerima dengan baik, punya keturunan yang Sholeh Sholehah. Boleh kan? Tunggu dulu!


Kamis, 19 Desember 2019

9 Jam Menjelajah Kota Ngawi

Assalamu'alaikum guys 😁 Kali ini, aku mo sedikit cerita nih tentang perjalanan aku sama Irvan ke Ngawi (Senin, 9 Desember 2019). Jadi gengs, Irvan jemput ke rumahku itu jam 9 pagi. Btw, rumah Irvan ke rumahku itu perjalanannya ±1 jam kalo naik motor. Jadinya dia berangkat dari rumah jam 8 pagi. Wow, niat amat lu Pak 😁 Eh iya kan emang sebelomnya kami udah buat planning mo jalan-jalan ke Ngawi. Tepat jam 9 pagi irvan nyampek rumah aku. Disiplin nih pokoknya, anti ngaret-ngaret club 😁
Sebelom berangkat, aku izin dulu dong sama ortu, Irvan juga izin sama ortu aku. Ya ya dong harus izin, kan mo bawa anak orang ðŸĪŠ Dan seminggu sebelom jalan aku udah izin ke ortu, walopun entah hari Seninnya jadi beneran ato engga, yang penting minta izin dulu 😁
Perjalanan kami mulai sekitar jam 9 pagi. Bojonegoro — Ngawi kami tempuh selama ±1,5 jam. Diperjalanan kami ngobrol ga jelas, ketawa ga jelas, karena memang kami orangnya ga jelas. Wkwkwk dasar. Perjalanan begitu cepat rasanya. Ga berasa udah nyampek perbatasan Bojonegoro — Ngawi aja. Yaiyalah kan lu gaikut nyetir motor Dep. Tapi walopun begitu, capek juga pantatku wkwkwk

Sampek Ngawi kota, buru-buru deh aku ambil handphone yang ada ditas ransel. Aku buka Google Maps, aku search lokasi Kebun Teh Jamus. Perjalanan yang kami harus tempuh lagi yaitu 1 jam lebih, tapi lebihnya banyak wkwkwk
Ditengah-tengah perjalanan sekitar daerah Paron, Irvan isi bensin lagi nih. Sebenernya bensinnya masih, cuman takutnya diperjalanan selanjutnya jauh dari POM bensin dan kami keabisan bensin, mending diisi dulu aja. Waktu isi bensin, kami sedikit cekcok, tapi cekcoknya lucu, sampek bapak petugas ngisi bensinnya aja ketawa.
Perjalanan kami lanjut menuju daerah Jogorogo. Disini view-nya lumayan udah keliatan cantik nih. Betapa megahnya Lawu terpampang didepan kami. Pengen nanjak kan jadinya. Yakali nanjak, besok kerja woy 😁 Saat itu juga, aku membuka obrolan, biar ga terlalu krik krik aja gitu wkwkwk. Jadi dulu kan sering nih kalo pas SD gitu kalo disuruh gambar pemandangan pasti gunung. Ya kan? Ngaku ga lu! Woy yang baca ini woy, ngaku ga lu pada!!! Pasti gambarnya, gunungnya, ada dua, ditengah-tengahnya ada matahari wkwkwk. Dan disaat itu juga kami saling bertukar cerita masa kecil kami. Disetiap pinggir jalan, dirumah warga setempat, banyak ditanami pohon rambutan. Seneng gitu liatnya, merah-merah. Pengen manjat, pengen metik 😁
Beberapa menit kemudian … Kami sampek daerah Ngrambe. Btw masih lumayan lama nih nyampek kebun tehnya. Tapi disekitar jalanan ini view-nya juga makin cantik, cakep, keren, anjay gilaaa 😍

Setelah melewati jalan yang berliku. Helleh. Kami nyampek kebun teh. Kiri kanan kebun teh. Berasa pengen nyanyi “naik naik ke puncak gunung” ðŸĪĢ Sebelomnya aku tuh udah pernah kesini, taun 2014 setelah UN. Dan sekarang tempat ini udah buanyak banget perubahannya 😁 Untuk harga tiket masuknya 10k, dulu aku berapa yaa, 4k kalo ga salah. Bayar parkir motor 3k, mobil 5k. Dan sekarang bayar parkirnya langsung bayar diloketnya juga. Dulu sih bayarnya ya pas parkir deket kebun tehnya. Jadi gengs, karcis yang kamu dapat jangan sampek ilang, simpen, nanti kasihin ke mas-mas penjaga parkiran kalo kamu mo pulang.
Turun dari motor, aku bingung, masuk darimana nih, dulu ga kek gini btw wkwkwk. Tapi akhirnya ya kami jalan aja gitu. Energiku terkuras diperjalanan. Dan sekarang harus nanjak. Waduh wkwkwk.
Tapi gapapa, hari ini tetep jadi perjalanan yang menyenangkan kok. Apalagi kalo kesini bareng doi wkwkwk Jadi gengs, aku naik lagi sampek atas bukit. Capek pasti, ngos-ngosan juga aku. Yah gimana dong, jarang olahraga aku sekarang 😁 Kebun teh ini cukup luas, jadi kalo kalian mo explore tempat ini, wuih ga cukup kalo sehari mah wkwkwk Dilanjut dengan foto-foto dong. Tapi ya gitu, fotonya ngasal semua 😛 Tapi lumayan lah buat kenang-kenangan 😂
https://dheviaanggara.blogspot.com/
Ugh-tea :D
https://dheviaanggara.blogspot.com/
Apa lu lliat-liat :D
Waktu udah menunjukkan jam 1 siang. Akhirnya kami memutuskan mencari mushola buat sholat dhuhur. Sebenernya ditempat ini udah ada musholanya tapi kami gamau aja, jadi cari yang lain 😂
Oiya, disekitar area kebun ini udah ada orang jualan makanan—minuman, ada toilet, ada mushola, dan ada kolam renang.

Perjalanan mencari mushola sama dengan perjalanan balik. Sewaktu mo ke kebun itu jalanannya nanjak, ini sebaliknya, jalanannya turun. Jadi untuk menghemat bensin, mesin dimatikan, hanya mengandalkan rem aja wkwkwk. Setelah mendapati mushola yang dirasa kami cukup pas, kami sholat dhuhur terlebih dahulu. Selesai sholat, kami ngobrol, dan memutuskan bahwa kami tidak langsung pulang, tetapi mampir ke Air Terjun Pengantin.
Jadi gengs, sebenernya aku sedikit takut untuk kesana. Tapi kata Irvan “gapapa, kalo kamu yakin ya ayok”. Daripada kami penasaran, mending yauda kesana dulu aja.
Akhirnya aku buka Google Maps lagi, search lokasi Air Terjun Pengantin. Lokasinya sebenernya ga jauh kok kalo dari Kebun Teh Jamus. Dan sebenernya disini, kalo mo wisata ke tempat satu ke tempat yang lain lumayan deket-deket. Tapi ya tetep, kalo sehari aja kurang waktunya, soalnya ga mungkin dong kalo udah nyampek tempatnya ga maen dulu disana.

Lokasi Air Terjun Pengantin hampir se-lokasi sama Air Terjun Suwono. Cuman kalo Air Terjun Pengantin sedikit agak jauh alias lurus terus. Udah ada petunjuknya kok. Jadi aman lah wkwkwk
https://dheviaanggara.blogspot.com/
Air terjun pengantin
Sampek lokasi yang kami tuju selanjutnya. Motor kami parkir sesuai tempat yang disediakan 😎 Untuk harga tiket masuk yaitu 7k, biaya parkir 2k. Lebih murah daripada yang di Jamus tadi 😁 Karena kami kesini hari Senin, jadi yang berkunjung sedikit banget. Untuk tempatnya juga cukup bagus kok disini. Gatau ya kalo dulu kek gimana. Tapi saat kami kesini, untuk liat air terjunnya, udah dibuatin tangga gitu, cukup cantik juga penataannya.

https://dheviaanggara.blogspot.com/
Mana air jatohnya, eh terjunnya :D
https://dheviaanggara.blogspot.com/
cukup cantik kan penataannya, sukaaa ^^
Setelah melewati beberapa anak tangga, kami sampek ke air terjunnya. Dateng kesini pas hari Senin memang waktu yang pas, soalnya ga rame, jadi bisa nikmatin suasana alam dengan epik. Apalagi kalo denger air yang jatoh dari tebing gitu kan, damai banget, berasa ilang aja capekku wkwkwk
Disana kami pun ngobrol ngalor—ngidul, wetan—ngulon ðŸĪĢ disaat dirasa cukup, aku mengajak Irvan balik pulang. Sebenernya masih belom puas, tapi mo gimana lagi, udah mo asar, besok aku harus balik ke Lamongan, kerja, jadi biar ga capek-capek banget besoknya gitu.
https://dheviaanggara.blogspot.com/
Air terjun pengantin
Untuk balik ke parkiran, kami memilih jalur yang lain, yaitu jalur yang mungkin jarang buat dilewatin orang. Dan tangganya pun masih dari tumpukkan batu-batuan yang ada disitu. Sebelomnya Irvan nanya ke aku, “kamu yakin ga kita lewat situ?” Sebelomnya aku ga yakin, tapi akhirnya aku yakinkan diriku sendiri kalo kami ga bakal kenapa-kenapa. Dan aku juga penasaran lewat jalur itu wkwkwk

Kami pun benar-benar lewat jalur itu. Ngos-ngosan lagi wkwkwk Dasar, gini nih rasanya kalo makin tua dan jarang olahraga. Setelah beberapa anak tangga yang kami lewati. Tiba-tiba ada seekor ular melintas. Sumpah kaget aku dan refleks aja aku teriak “van awas ada ular”. Gatau itu jenis ular apaan, pokoknya ularnya itu kecil, warnanya item. Terus kata Irvan “gapapa, kita kan pakek sepatu, jadi ngga lah kalo digigit”. Tapi tetep aja, deg-degan kan.
Nah tadi diawal aku bilang, antara yakin ga yakin kalo lewat situ. Karena pasti bakal terjadi sesuatu. Tapi Alhamdulillah kami gapapa. Setelah sampek ke tempat parkir, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Bojonegoro alias pulang ke rumah. Sampek Ngawi kota itu sekitar setengah 4 sore dan kami mampir isi bensin dulu. Dan, ditengah-tengah perjalanan, perbatasan Ngawi—Bojonegoro keknya, kami di stop oleh polisi. Karena kami tidak menyalahi aturan. Jadi ga kena tilang. Semua lengkap.

Jadi gengs, sebelom kalian ngetrip itu harus dicek dulu ya kelengkapannya. Hampir sampek Watu Jago, kami beli es dulu, haus, capek, makanya istirahat bentar. Jam udah menunjukkan jam 4an lebih. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami kembali. Sadar karena belom sholat asar, akhirnya kami pun cari masjid/ mushola. Dan kami pun sholat di masjid sekitaran daerah Padangan. Selesai sholat, perjalanan kami lanjutkan. Waktu udah menunjukkan jam 5 sore. Waduh sejam lagi baru sampek rumah, apalagi Irvan, dua jam lagi baru sampek rumah 😔
Sampek Kalitidu keliatan mendung gelap banget diarah selatan. Udah was-was, bukan takut ujannya, tapi takut kalo ada angin kenceng. Soalnya Bojonegoro sering banget ada puting beliung. Entah dosa apa yang telah merasuki warga Bojonegoro, sehingga Tuhan murka dan menurunkan azabnya wkwkwkwk. Bercanda woyyy. Masih di Kalitidu. Kami keujanan. Duh. Tapi cuman gerimis gitu. Jadinya gajadi berteduh. Tetep gas terus 😁

Sampek rumah ± jam 6 sore, dan Irvan langsung pulang. Aku bersyukur gengs, walopun libur kerja hari Senin dan cuman sehari doang, tapi tetep bisa liburan epik 😂

Jadi itu pengalaman aku jalan-jalan sama doi ke Ngawi. Semoga bermanfaat ^^

Jumat, 08 Februari 2019

Puisi Dhevia Anggraeni: Hujan

HUJAN

 Karya: Dhevia Anggraeni



Lagi,

pencuri itu datang lagi

Dengan rintiknya, meluluh lantahkan senja

Tak ada lagi jingga yang terlukis meringis

Sedang ia menahan tangis dan hati yang sedikit teriris

Senja tak membencinya

Sekali lagi,

senja tak membencinya

Tiada hak atas senja untuk membencinya

Sedangkan daun-daun merasa bahagia atas kehadirannya



Bojonegoro, 8 Februari 2019

Rabu, 30 Januari 2019

Dhevia Anggraeni Ikut Lomba Cipta Puisi?

Dhevia Anggraeni Ikut Lomba Cipta Puisi? Dhevia Anggraeni Ikut Lomba Cipta Puisi? Dhevia Anggraeni Ikut Lomba Cipta Puisi?

Iya, Dhevia ikut Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh pujanggatasikmalaya.com

Waktu itu sebenernya aku cuman iseng aja ikut lomba cipta puisi itu. Sebelumnya aku lebih sering ikut lomba bikin cerpen. Jadi awalnya gini gengs, aku itu buka FB. Saat memasuki semester tingkat akhir, aku jarang banget on FB, apalagi setelah FB utama ku yang pertemanannya udah hampir 5000 di hack sama orang. Sempet gila berbulan-bulan sih wkwk. Soalnya udah terlanjur famous pakai akun yang itu :p Tapi ya apadaya aku ikhlasin aja gengs. Mungkin ada orang yang gak suka, akhirnya sewa hacker buat hacking FB ku. Untung sebelumnya aku udah nyiapin cadangan FB, soalnya takutnya pertemenan saat itu udah gak kebendung lagi. Hahay. 

Nah berawal dari kebosenan mikir skripsi, aku main HP tuh ya, setelah itu ada salah satu temen FB yang ngebagiin link lomba cipta puisi itu. Entah hantu apa yang memasuki pikiranku, akhirnya aku ikut lomba itu deh. Pas aku baca sih, persyaratannya gak ada yang ribet, otomatis tambah bikin penasaran untuk aku ikut dong ya. Apalagi pemenangnya bakalan dilihat dari berapa orang yang akan lihat puisi kamu di postingan website penyelenggara lomba. Makin tambah semangat aku, apalagi tinggal promosi-promosi link ke temen gitu kan.

Lomba ini sebenernya udah lama gengs, udah hampir setahun yang lalu, cuman aku baru sempet cerita atau posting ke blog sekarang. Ya lumayanlah ya buat ngisi blog yang hampir sekarat ini. Wkwk.



Ini sertifikat peserta, sertifikat ini hanya untuk puisi yang lolos pada tahap seleksi


https://dheviaanggara.blogspot.com/
Sertifikat Peserta Lomba Cipta Puisi https://dheviaanggara.blogspot.com/


Puisiku sengaja gak aku tulis disini, biar kalian semakin kepo dan entar aku dibilang hanya mengada-ada jadi capcus deh buruan lihat di KUMPULAN PUISI DHEVIA ANGGRAENI


Eh sebelum lihat, bentar deh, di lomba cipta puisi ini aku gak menang jadi juara satunya. Heu heu heu udah nyangka deh ya. Ketentuannya udah diubah, makin sedih deh. Udah promosi kesana-sini, temen-temen udah pada buka linknya, udah baca puisinya. Dan akhirnya, mungkin jurinya kasian kali ya sama aku, jadi aku dijadiin Penulis Favorit deh dalam lomba itu. Ya gimana gak kasian coba, aku udah promosi gengs. Haha. Ngebet banget ya Dep jadi juara 1 nya??? 


Nih aku kasih buktinya kalau aku jadi pemenang kategori Penulis Favorit

https://dheviaanggara.blogspot.com/
Sertifikat Penulis Favorit https://dheviaanggara.blogspot.com/



Selamat stalking gengs!!! :D

Sabtu, 10 Februari 2018

Menunggu Pagi

Disanalah terdapat kilauan bias

Yang tanpa sengaja menjatuhkan embun di daun talas


Tak pernahkah kau (pagi) sadari hal itu?

Dan bahkan merahmu telah menjadi candu bagi dua pasang kelopak mata itu

Keindahan yang tertutup gelap malam kini telah kau perlihatkan


Lalu, berdosakah malam?

Tentu tidak.

Karena tanpa adanya malam sang pagi tidaklah berarti

Biasnya tak akan menyinari

Hadirnya pula tak lagi di nanti




Note: 
Malam dan pagi adalah gambaran dari 2 sisi. Karena gelap tidaklah abadi. Selalu ada prosesnya dan ada waktunya. Janganlah mudah terpuruk oleh gelapnya malam, karena pagi selalu menanti.



Karya dari kegalauan Angga Eka Rismawan. Dia udah mirip Dilan belum guys? Hmm ataukah lebih mirip ke Roman? Hahaha entahlah. Teruslah galau, karena galau bisa menelurkan sebuah karya ðŸ˜đ✌

Photo taken by Dhevia Anggraeni at Coban Rais

Rabu, 27 Desember 2017

One Fine Day in Coban Rais

Hallo guys! Gimana liburan kalian? Apakah seru? :D Hmm, kali ini gue bakalan sharing tentang cerita jalan-jalan gue, yang judulnya One Fine Day in Coban Rais.

Hari Sabtu itu, hari yang paling mengasyikkan bagi gue. Terlepas dari jeruji aktivitas harian yang membosankan dan menepi sebentar dari tugas yang begitu menyeramkan. Coban Rais adalah sebuah tempat wisata alam yang terletak di Kota Batu, lebih tepatnya lagi  klikdisini. Letaknya yang berada di daerah perbukitan atau pegunungan membuat tempat ini dingin banget. Apalagi gue nyampe sini subuh, ya benerlah berasa dingin bet. Untung bawa jaket. Iya kali ga bawa jaket udah tau daerah ini dingin :D Rutinitas biasa, sholat dulu. Waktu mau ngambil air wudhu, brrr sumpah ini airnya dingin bet, berasa air dari kulkas. Setelah sholat, mandi dulu mumpung masih engga ramai pengunjung, jadi ya gausah ngantri. Sebenarnya gue ga mau mandi, tapi karena ini gue bukan dirumah sendiri ya jadi gue mandi. Ini adalah keputusan yang paling berat waktu itu :v

Matahari mulai menyambut pagi ku dengan sinarnya yang malu-malu, mengintip antara rerimbunan pohon. Perjalanan dimulai sekitar pukul 7 pagi. Eh bentar deh, kesannya gue kok kayak jones deh pergi sendirian. Gue kesini bareng temen-temen gue kok. Temen-temen yang baru akrab 3 bulanan, dipertemukan waktu KKN. Entahlah kenapa bisa sedekat ini. Padahal gue sama temen sekelas pun belum pernah jalan bareng ke luar kota. Soalnya kalo bahas wisata yang ada wacana doang woeh -_- Langkah demi langkah kaki kami melangkah. Berjalan di atas tanah yang sedikit lembab, menyusuri hutan, menyebrangi sungai-sungai kecil, dan tidak hanya itu, batu-batu besar pun juga ikut menjadi obstacle dalam perjalanan kami. Gue ga ngelebay-lebayin cerita ya guys, but it's real. Gue waktu itu ga sempet ngefoto soalnya gue fokus sama perjalanan gue. Sekali lu ga fokus, bersiaplah guys, jurang-jurang yang curam menanti. Perjalanan yang kami tempuh kira-kira 1,5 jam dari parkiran ke air terjun Coban Rais. Lelah terbayarkan, dengan pemandangan alam yang mendamaikan. Suara air yang jatuh, kicauan burung-burung khas hutan beradu menjadi satu-kesatuan yang indah. Allah memang Maha Pencipta Yang Agung. Ga lupa juga guys, gue mengabadikan diri disini, sangat disayangkan kalo ga foto :p Tapi inget jangan mengotori tempat ini, alamnya masih alami banget, jadi gue saranin jangan nyampah disini. Mending nyampah foto aja di Instagram setelah kesini :v

Perjalanan turun alias balik, wuih makin kucel gue mah. Gue kesini pake sepatu kets, dari rumah sih kinclong, abis kesini Masya Allah kucelnya. Maka dari itu guys, saat perjalanan, gue lepas tuh sepatu waktu nyampe yang nyebrang sungai itu. Kaki gue juga Masya Allah, lumpur-lumpur manja menghiasi jari-jari kaki gue. Untung sumber mata air su dekat :D ada aliran air di sepanjang pinggiran jalan, jadi gue cuci kaki di sana. Gue ga sendiri kan udah gue bilang, gue bareng temen-temen. Nyuci kaki di sana ga bakal terlihat aneh kan kalo bareng-bareng :p



Setelah gue ngerasa agak kecean lagi. What??? Hahaha. Gue memutuskan untuk foto-foto dispot kece Coban Rais. Gue ga ngurusinlah bagaimana keadaan gue waktu itu. Entah kucel entah kagak, emang gue juga kayak gini :v Menurut kaca mata pengamatan gue nih guys, disini intinya lu kudu sabar. Yakin deh. Kesabaran pertama diuji ketika lu mau lihat pemandangan air terjun yang kece itu. Hmm, kalo lu ga mau lihat sih juga gapapa. Soalnya keadaan tubuh juga harus fit. Kesabaran selanjutnya adalah kalau lu mau foto-foto dispot kece, harus ngantri beli tiket dulu. Setelah itu ngantri lagi guys. Ngantri apaan Dep? Ngantri buat fotolah :') Disini udah disediain fotografer lengkap dengan gawainya, so ga bakal foto kamu ngeblur kayak yang temen lu fotoin, oops :p

Setelah ngantri foto dari spot satu ke spot yang lain, waktunya taking a file, yeay! Dimana nyari tempat pengambilan file? Yaitu deket spot ayunan. Gue kaga sempet foto ke semua spot foto, because gue udah ditungguin temen-temen yang lain. Soalnya kaga semua ikut foto. So, gue ikhlasin deh uang gue yang udah terlanjur untuk beli tiket dibeberapa spot foto. But gue kaga nyesel kok, because udah dapet beberapa foto juga.

Gue mau nyaranin buat lu yang mau kesini, mending pakai sendal gunung aja, karena kalau mau naik lihat air terjun nyebrang sungai, ngelewatin batu-batu besar kaga susah. Jangan lupa juga bawa air mineral, karena perjalanan lu panjang, kan ga lucu kalau lu dehidrasi. Bawa cemilan secukupnya, siapa tau perut lu minta asupan micin. Wkwks -_- Tapi inget juga guys, jangan buang sampah sembarangan! Bungkus micin jajan sebaiknya lu simpen di tas, entar kalau ada tempat sampah nah baru deh lu buang. Harga tiket per spot foto kira-kira 10k sampek 25k.

Yaudah ya guys, gue udahan dulu sharingnya. Doain rejeki gue lancar biar bisa jalan-jalan lagi terus sharing ke kalian :D Gue mau ngucapin kamsahamnida (red: terima kasih) kepada Rosyi dan Disa partner foto, kepada Izza yang udah rela ngasih sarapan gratis, kepada Tommi yang udah bawain tas ransel gue waktu mendaki dan nolongin gue pas mau kecemplung nyebrang sungai, kepada mas Dai yang udah motoin gue dengan background air terjun walaupun agak blur, kepada driver yang udah nemenin perjalanan gue dan temen-temen jadi lancar kayak gini, dan temen-temen gue yang lain yang udah ikut mewarnai hari gue dengan begitu indahnya. Sama dua lagi guys, gue berterima kasih banyak banyak banyak kepada orang tua gue, yang udah ngasih gue tambahan uang jajan :* :D dan Alhamdulillah Allah masih mengizinkan diri ini menjadi penikmat alam-Nya yang begitu indah <3

Dan ini beberapa foto kucel gue waktu di sana >>>

Sekitar area parkiran dan pintu masuk Coban Rais


Air Terjun Coban Rais


We're in Hammock Tower


Dari bawah: Disa, Rosyi, gue


Karena gowes di daratan sudah mainstream guys, kuy coba gowes air!


Entah nahan apaan, ekspresi gue kok gitu? :'D

 

Imigran Saturnus Template by Ipietoon Cute Blog Design