Bandelnya Rindu Ini

Aku rindu dia,

tapi… ah, kenapa juga rindu?

Padahal sudah kubilang,

“Jangan datang lagi tanpa izin!”

Tatapan matanya

sering mampir di kepalaku,

kayak iklan YouTube

yang nggak bisa diskip.

Gelak tawanya candu,

tapi bikin susah tidur—

terbayang terus,

padahal alarm besok udah siap marah.

Dimana dia sekarang?

Mungkin lagi bahagia,

sementara aku di sini

sibuk debat sama rinduku sendiri.

Nasihatnya dulu menenangkan,

pemikirannya matang…

dan aku?

Masih setengah matang,

kayak telur rebus lima menit.

Tapi sudahlah,

rindu ini memang bandel—

datang seenaknya,

pulangnya entah kapan.